Alat itu bisa dipasang di pintu rumah dan sirine akan berbunyi saat terjadi gempa. Ini memudahkan pemantauan gempa, terutama bila terjadi malam hari. "Namanya Omplong Gempa," kata Nevinda Yogastyawan, siswa kelas V SD Muhammadiyah Gresik di Gresik.
Bahan Omplong Gempa terdiri dari bekas kaleng susu, sirine DC, baterai, kabel, bandulan, mur, magnet, kayu, tang, gergaji, paku, dan cat. Bagian atas kaleng dilubangi dengan paku. Kawat yang terhubung dengan bandulan magnet dimasukkan ke lubang tersebu. Baterai 9 volt sirine kaleng dan bandulan disambungkan.
Omplong Gempa diletakkan di atas pintu rumah atau tempat yang jauh dari embusan angin. Saat terjadi gempa secara otomatis semua benda yang tergantung seperti lampu, pigura, jam dinding, akan bergoyang termasuk Omplong Gempa. Goyangan gempa mengakibatkan bandulan Omplong Gempa bergoyang dan bandulan yang mengandung magnet akan menempel pada dinding kaleng dari besi.
Akibatnya arus listrik dari baterai akan tersambung sehingga sirine bunyi terus-menerus. Sirine berhenti berbunyi jika bandulan dipisahkan dari kaleng.
Nevinda menyebutkan, biaya pembuatan alat tersebut secara total menghabiskan biaya Rp 50.000. Kepala SD Muhammadiyah Gresik, Ichwan Arif mengatakan, alat itu akan disempurnakan. Untuk sementara cukup sebagai pembelajaran siswa tentang terjadinya gempa dan bagaimana mendeteksi gempa.
Selain deteksi gempa SD Muhammadiyah Gresik juga membuat alat deteksi puting beliung. Kedua alat tersebut akan diikutsertakan lomba sains di Jakarta
0 Comments
EmoticonEmoticon